Pagi” buta aku harus pergi ke taman bungkul bersama flatron untuk melakukan interview dengan komunitas sepeda low rider yang jadi narasumberku sebagai bahan tulisanku di redaksi berbahaya.
Setibanya di bungkul, aku langsung sms Agung (salah satu penghubungku dengan komunitas low rider) dimana posisinya karena tersnyata saat itu sedang ada event mingguan jalan pagi ibu-ibu PKK dimana keadaannya sangat crowded serta banyak orang seliweran menggunakan sepeda. Dan ternyata...ding..dong...!! jam karettt... kata’a janjian jam 6, ini uda jam 6 lebih orangnya masih di jalan. Mana waktu itu gerimis lagi... huhh...
Akhirnya setelah setengah jam menunggu ada dua sms dari mas Agung yang bilang kalo dia uda nyampe di tempat. Biasanya jam 6 tepat sepeda-sepeda nyentrik mereka sudah berjejer menghiasi sisi-sisi taman bungkul. Tadi agak telat soalnya cuaca pagi itu agak gerimis sehingga membuat mereka agak telat. Tapi aku salut dengan orang-orang ini, meskipun cuaca sedang tak bersahabat mereka tetap memancal pedalnya hingga sampai di bungkul. Yup, seperti namanya, komunitas low rider ini adalah adalah wadah berkumpulnya bagi para pecinta sepeda low rider atau yang lebih dikenal dengan sebutan sepeda ceper. Tapi kata low rider memiliki arti tersendiri bagi komunitas ini “ Yaaa... kita kembali pada kata low rider, jadi intinya sepeda nyantailah, meskipun laju sepeda itu bisa cepat atau speed-nya bisa ditambah tapi kita pelan-pelan ajalah, sambil menikmati perjalanan dan pemandangan sekitar”, kata mas Agung sambil menunjukkan jenis-jenis sepeda low rider padaku.
Setiap hari minggu pagi komunitas ini rutin nongkrong di depan gedung wonokoyo taman bungkul Surabaya untuk sekedar berkumpul, jalan sehat, dan adu ke”nyentri”kan masing-masing sepeda. Mereka jejerkan sepeda itu layaknya pameran sepeda low rider dalam sebuah workshop dan sejenisnya. Tentu saja pemandangan seperti ini akan mudah mengalihkan sorot mata orang-orang dengan keunikan bentuk sepeda ini. Bodi sepeda yang bisa dibilang panjang dan setangnya yang menjulang tinggi ke atas, belum lagi dengan dudukan yang direndahkan, membuat setiap orang yang melihatnya memalingkan muka sekedar untuk mengamati tunggangan mereka. Bahkan orang-orang yang tak sengaja melihatnya tak segan-segan akan berhenti lalu mengambil foto sepeda low rider yang dia lintasi. Weleh...weleh...berasa artis aja ni sepeda...! Sesama komunitas low rider inipun tak segan-segan memancal sepeda hingga keluar kota seperti sragen, bangkalan, dll hanya untuk mempererat hubungan silahturahmi antar pecinta low rider dan berbagi cerita atau kita-kiat khusus yang berhubungan dengan low rider. Bagi mereka hubungan persaudaraan antar sesama sangatlah penting.
Kesempatan seperti pameran clothing 2 di Gramedia Expo seperti ini tak akan dilewatkan para pecinta low rider untuk berkumpul sekaligus memamerkan keunikan sepedanya. Dengan bentuk yang tidak biasa, ditambah kondisinya yang "kinclong" karena dikrom, tongkrongan komunitas low rider menjadi salah satu perhatian warga. Event-event seperti ini selain untuk pamer dan menujukkan eksistensi low rider, juga dipergunakan sebagai ajang promosi jual beli. Ada beberapa anggota yang memang dengan sengaja membuatkan sepeda custom low rider untuk dijual sesuai dengan permintaan pembeli.
Komunitas Low Rider Surabaya ini memegang motto “FREEDOM”. Freedom maksudnya pintu gerbang komunitas ini sangat terbuka lebar bagi siapapun yang masuk ataupun keluar. Komunitas ini sangat fleksible dan tidak terikat dengan struktur keanggotaan seoperti yang ada pada komunitas lainnya. Kata FREEDOM juga bermakna penting bagi komunitas ini, yaitu bebas dari hal-hal negatif, seperti bebas dari narkoba dan minuman keras. Komunitas ini sudah berdiri sejak beberapa generasi terdahulu. Awalnya tiap jam 11an keatas tepat di depan BRI Tower, jadi tempat dan waktu favorit komunitas ini buat nongkrong. Setelah berkumpul langsung nggowes keliling Surabaya. Tapi dikarenakan kebanyakan dari anggotanya adalah pelajar jadi tempat dan waktunya diganti menjadi seperti sekarang. Mau tau kenapa? Kata mas Agung, image malam hari terkesan kurang baik, apalagi kecenderungan buat party miras lebih kuat. Nah, itulah sebabnya sejak tanggal 23 Maret 2010 para tetua low rider surabaya memutuskan untuk mengganti waktu dan tempatnya menjadi minggu pagi di taman bungkul hingga berlangsung sampai sekarang.
Setelah aku googling sepeda jenis low rider ini sebenarnya masuk ke Indonesia sekitar akhir tahun 70an. Awalnya sepeda Low Rider pertama kali di perkenalkan tahun 1960an yang di perkenalkan oleh The “custom” king George Barris, sebelum menemukan sepeda low rider si Tuan King ini pekerjaanya adalah menceperkan mobil, Memang saat itu virus Mobil Low Rider sedang mewabah di kalangan anak muda Amerika, Tetapi trend itu hanya bisa dirasakan oleh anak2 muda dari keluarga kaya saja karena untuk membuat sebuah mobil low rider membutuhkan uang yang tidak sedikit, sementara anak2 dari kalangan bawah hanya bisa melongo. Melihat situasi seperti itu si King mendapatkan ide dengan mencoba membangun sebuah sepeda yang mengacu pada kesan low rider, untuk eksperimen pertama kali si King menerapkan pada sepedanya. Mulailah si King ini memperkenalkan kreasinya dari situ bisa di tebak banyak anak2 dari keluarga yang kurang mampu beralih berkreasi membuat sepeda low rider. Melihat peluang trend sepeda LR yang mulai di gandrungi akhirnya pada tahun 1963 pabrik sepeda SCHWIIN untuk pertama kalinya mengeluarkan model revolusi baru “New Cruiser STING RAY, model ini dibuat mengacu pada model motor model dragster yang sedang ngetop pd saat itu.Karena model tersebut nyaman di kendarai begitu juga dengan desainnya yg unik maka model tersebut menjadi booming dan digemari oleh anak2 muda.
Merk keluaran Indonesia yang terkenal adalah Benny Indonesia, kalo dari Jepang ada merk Benny Japan, Fuji Feather, dan lain-lain, negara Cina dengan Phoenix-nya dan negara benua barat dengan Schwinn (Chicago AS), Raleigh (Inggris), Stelber (Amerika), Murray (Amerika), Western Flyer (Amerika) atau pun dari Lowrider Bicycle Inc (Amerika/Australia). Tak ada yang tau kapan tepatnya sepeda low rider mulai merajalela di Indonesia tapi sekitar tahun 2003 seiring dengan banyaknya pemakai dan pemodifikasi sepeda motor yang tertarik memainkan sepeda jenis ini, aliran lowrider pun mulai banyak dikuti sebagai dasar memodifikasi sepeda.
Di komunitas ini sendiri ada dua jenis kategori sepeda low rider yaitu original bike dan custom bike. Kata freedom ternyata juga berlaku disini. Custom bike adalah alat bebas berkreatifitas. Bagi mereka yang menyukai hal baru dan memiliki daya kreatifitas yang tinggi cenderung akan mengotak-atik sepedanya lalu memodifikasinya sedemikian rupa hingga memperoleh bentuk sepeda low rider yang diinginkan, inilah yang disebut custom. Misalnya saja seperti mengisi framenya (membuat tangki), menambah tiang dan bendera, kaca spion, dan tentu saja merendahkan (ground clearance) sepedanya. Lalu membengkokkan garpu untuk merendahkan sepeda. Low rider telah membuat cara pandang orang berbeda terhadap sepeda. Saat disana aku melihat ada salah satu sepeda crusser yang di-custom sedemikian rupa hingga dudukannya hampir menyentuh tanah setinggi sepeda anak bayi tapi yang ini bedanya hanya lebih panjang untuk orang dewasa. Aku heran, benar-benar herrraaaann..! aku berfikir gimana caranya orang dewasa bisa mengontel sepeda itu yang hanya beberapa jengkal dari tanah. Kata mas Dedy, salah satu anggota low rider tersebut “ bentuk sepeda juga melambangkan pemiliknya, contohnya sepeda tadi melambangkan betapa gilanya atau nyentriknya si pemilik sepeda itu” katanya sambil meringis. Pilihan dalam merancang (mendesain) style atau tema yang diinginan akan terus berkembang. Sedangkan untuk sepeda yang tetap mempertahankan bentuk aslinya ini biasanya pada sepeda-sepeda klasik dan limited edition.
Pada dasarnya sepeda low rider itu ada tiga macam, yaitu yang classic dengan body yang agak standar. Lalu ada body panjang atau disebut limousine dan ada body pendek atau disebut cruiser. Kebanyakan jenis sepeda yang ada di komunitas ini adalah cruiser baik itu asli maupun custom. Pelan tapi pasti, Stingray klasik menjadi sangat popular, hasilnya adalah sepeda Schwinn stingray klasik menjadi langka dan mahal dipasaran. Contohnya saja sepeda stingray klasik milik mas Agung yang aku naikin ini sengaja didatangkan jauh-jauh dari Jepang dengan harga yang lumayan merogoh koceknya. Memang kebanyakan sepeda-sepeda ini didatangkan (import) dari negara-negara asia seperti Jepang dan Cina, walaupun terdapat pula sebagian kecil dari benua barat seperti Amerika dan Eropa. Hmmm...nggak nyangka kan...!!