Tuesday, April 13, 2010

Di Awal Tahun Baru, Kita Menangis Pilu

Di Awal Tahun Baru, Kita Menangis Pilu

Tahun 2009, yah saya kira akan menjadi tahun perdamaian di seluruh penjuru dunia. Dimana di tahun kuda ini akan banyak disemarakkan dengan pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia yang baru serta pemilihan umum di berbagai tempat. Apalagi dengan berita terpilihnya Barack Obama sebagai presiden negara adidaya, Amerika Serikat itu diharapkan akan menorehkan sejarah dan dapat mewujudkan perdamaian dunia. Sedangkan di sudut-sudut kota banyak sekali aliansi-aliansi masyarakat yang dengan gegap gempita menyuarakan penegakan hak asasi manusia, perlindungan anak-anak, emansipasi wanita, serta persiapan-persiapan masyarakat menyongsong era globalisasi yang semakin mendekat dengan sorak kemenangan untuk semua bangsa, suku, ras, agama, dll. Tapi kenyataan memang terkadang selalu berbanding terbalik dengan angan-angan, tidak disangka-sangka awal tahun 2009 ini kita digemparkan dengan peristiwa dibombardirnya Palestina oleh tentara yang kita sebut zionis Israel khususnya di jalur Gaza. Seperti yang kita ketahui, konflik diantara Israel dan Palestina telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Konflik Palestina - Israel menurut sejarah sudah 31 tahun ketika pada tahun 1967 Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania).

Sungguh sangat disayangkan, menjelang hari-hari pergantian tahun tepatnya pada tanggal 27 Desember 2008 yang lalu Israel memulai agresi militernya secara besar-besaran menyerbu tanah mujahid Palestina. Memang Hamas terlebih dahulu meluncurkan rudal ke tanah Israel dan telah menewaskan 3 orang Israel. Akan tetapi apakah Israel harus se-lebay itu menanggapi serangan Palestina! Lihatlah! Gaza hanyalah kota kecil di Palestina yang bahkan luas wilayahnya saja tidak lebih besar dari kota Jakarta. Serangan balasan yang dilancarkan oleh Israel sungguh di luar batas kemanusiaan. Semua cara dilakukan tanpa belas kasih sedikitpun.

Selama tiga pekan lebih saudara-saudara kita di Palestina tidak bisa tidur dengan nyenyak. Bagaimana mereka bisa tidur, untuk mengatur nafas saja mereka tersendat-sendat. Hampir sepanjang hari di telinga mereka terdengar letusan bom rudal yang diluncurkan dari tank-tank tentara zionis Israel, setiap saat mereka membuka mata yang mereka lihat hanyalah kobaran api yang dengan sigap melahap gubuk tempat mereka bernaung dulu. Tapi kini semua luluh lantah, sama rata dengan tanah. Bahkan gedung-gedung sekolah, tempat-tempat ibadah, bangunan-bangunan milik pemerintah dan PBB, dan rumah sakit-pun tak luput dari sasaran kebrutalan Israel. dan yang lebih memukul perasaan mereka, penyerbuan itu tak berhenti pada itu saja. Selain bangunan-bangunan, tentara Israel juga tak segan-segan menembaki warga palestina yang tak sengaja lewat di depan mereka, mobil ambulans yang sedang membawa pasien-pun tak luput dari kejaran rudal-rudal yang membabi-buta. Dimana sisi kemanusiaan para tentara Israel itu! Sekejam-kejamnya nazi tidak akan membuat seorang anak tak berdosa kehilangan kedua orangtuanya, sekejam-kejamnya nazi tidak akan memburu orang yang sudah tak berdaya.

Dikutip dari koran Duta Masyarakat Jumat, 13 Januari 2009 kerusakan yang terjadi di kota Gaza, Palestina terjadi merata, baik di pinggiran hingga di pusat kota. Serangan bom-bom ke arah pantai yang dilancarkan oleh kapal angkatan laut Israel di Laut Mediteranian, membuat kaget para relawan yang menginap di beberapa hotel dekat pantai tersebut. Menurut seorang relawan dari Afrika Selatan itu mengatakan, bahwa tembakan dari laut itu sering dilakukan Israel untuk mengusir nelayan Palestina agar tidak mendekati atau memasuki garis laut yang sudah masuk wilayah Israel. Lain lagi ceritanya dengan tragedi terbunuhnya seorang kamerawan Kantor Berita Reuters Fadal Shana yang sedang meliput perang brutal itu. Tak tahukah mereka, bahwasannya wartawan itu seharusnya dilindungi dari sasaran senjata kedua belah pihak? Apakah mereka lupa etika dalam berperang? Atau apakah di negara Israel memang tidak memiliki aturan kemanusiaan layaknya negara bar-bar jaman dulu!

Coba bayangkan bagaimana perasaan saudara-saudara kita selama masa-masa suram itu. Lihatlah para wanita-wanita itu telah kehilangan suami dan buah hati penerus keturunannya, pria-pria itu telah kehilangan rumah dan pekerjaannya yang selama ini mereka bangun dengan jerih payahnya selama bertahun-tahun, pandangi anak-anak itu, yang tak lain adalah generasi penerus Palestina yang seharusnya sedang bermandikan kehangatan dan belaian kasih kedua orangtuanya kini dalam sekejap telah menjadi sebatangkara, tak punya siapapun, anak-anak itu telah kehilangan sekolah dan taman bermain mereka, tempat mereka menimba ilmu dan tempat mereka bercengkerama dengan sahabat dan teman-teman mereka.

Sungguh memilukan, kenangan indah semasa dulu semua telah digantikan dengan kenangan buruk yang akan akan terus membekas di hati mereka. Angan-angan malam tahun baru yang seharusnya mereka rayakan dengan suka cita bersama keluarga tercinta, gelegar sorak sorai teman-teman terdekat, nuansa kembang api yang terus menghiasi angkasa diiringi suara riuh berbagai model terompet, dan harapan yang membumbung tinggi akan masa depan-pun dipanjatkan. Sebelum mereka sempat mengecap manisnya kemeriahan malam tahun baru, mereka dikejutkan dengan letusan bom-bom dan rudal yang meluncur tinggi di langit malam Palestina dan kemudian jatuh tercerai berai tepat diatas atap rumah mereka. Semua angan-angan indah itu telah sirna, berganti dengan mimpi buruk yang akan senantiasa membayang-bayangi setiap sudut ingatan dan hati yang terlajur tersayat oleh kebrutalan Israel. Kini yang ada di pelupuk mata mereka yang selamat itu hanyalah tetesan-tetesan air mata yang mengalir bak sungai yang deras, di dalam hati mereka mengutuk semua orang-orang yang ikut ambil andil dalam kehancuran negerinya. Selain isak tangis yang terus bercucuran, dari bibir kering mereka yang selamat terucap lantunan doa-doa mustajab, rintihan dan harapan agar semua peperangan ini segera berakhir. Apabila dahulu, di pikiran mereka tersusun rencana-rencana untuk meningkatkan kualitas hidup demi menyongsong masa depan, saat ini yang tersisa di otak mereka adalah bagaimana agar mereka bisa bertahan hidup dari sisa-sisa reruntuhan rumahnya, bertahan dari dinginnya angin malam yang senantiasa membelai jiwa dan raga yang haus akan keyakinan. Keyakinan akan Allah swt, keyakinan akan pemimpin-pemimpin Palestina dalam mengambil kebijakan-kebijakan atas nyawanya, keyakinan akan adanya secuil masa depan.

Apabila kita pandang dari sisi kemanusiaan dimanapun, kapanpun, dan oleh alasan yang paling mendasar sekalipun, yang namanya peperangan, khususnya di Gaza, Palestina akan selalu mengambil korban jiwa yang tak bersalah. Siapapun yang pernah mengecap perihnya getir peperangan, di dalam dirinya akan selalu terdapat bekas sayatan di lubang hati paling dalam. Luka yang ditorehkannya tak selamanya selalu bisa dihadapi oleh semua orang. Peperangan di Palestina yang menewaskan lebih dari 1330 orang yang sebagian besar adalah anak-anak, tak hanya menguras semua harta benda mereka yang selamat, tapi juga menguras seluruh tenaga dan pikiran seluruh penduduk di dunia bagi mereka yang masih peduli pada masalah kemanusiaan. Mental psikis mereka terguncang hebat, bahkan orang yang paling kuat sekalipun dapat kehilangan keyakinan-keyakinan yang mereka pegang selama ini apabila tak ada dukungan moril dari luar. Tanpa semangat hidup raga yang masih bernafaspun bagaikan raga tak berpenghuni alias mayat hidup. Tetapi untunglah banyak negara-nagara Islam maupun non-Islam yang sangat peduli dengan apa yang sedang dihadapi oleh saudara-saudara kita. Bantuan-bantuan materiil dan relawan terus berdatangan silih berganti demi menujukkan rasa simpati dan empati kita terhadap hasil kebengisan tentara zionis Israel. Sumbangan yang kita berikan sangat berarti bagi mereka.

Setiap kejadian di dunia ini selalu memiliki hikmah di dalamnya. Hikmah yang dapat kita ambil dari tragedi kemanusiaan ini adalah segala bentuk permusuhan dan perpecahan tak akan menghasilkan apa-apa kecuali kehancuran suatu kaum, mungkin Israel belum kehilangan apa-apa saat ini, tapi ingatlah, azab dari Allah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Doa-doa warga Palestina yang teraniaya pasti akan dikabulkan cepat atau lambat. Mungkin dulu warga Palestina hanya memiliki sanak keluarga dan teman-teman muslim di Palestina, tapi lihatlah, kini mereka memiliki hampir seluruh lapisan masyarakat di dunia. Doa-doa tak hanya keluar dari bibir warga Palestina tapi juga keluar dari bibir-bibir yang senantiasa basah oleh dzikir dan doa-doa di seluruh penjuru dunia. Yakinlah kalian bisa saudara-saudaraku! Berdiri dan bangkitlah dari tempat ratapanmu! Selain berdoa kalian juga harus membuktikan sesuatu! Jangan biarkan antek-antek Israel tertawa diatas kepedihanmu, tunjukkan pada mereka, selama di dalam ragamu masih terdengar denyut jantung, berjuanglah! Semoga Allah swt selalu menyertai kalian. Amin.

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home